Tak dapat sempurna...

Aku tak kuasa. Sedikitpun tak ada keberanian dari hatiku untuk memberitahukannya. Memberitakan berita tak mengenakan telinganya. Bukan karena aku takut berbuat salah. Bukan! Sedikit pun tak ada niat dalam hati untuk menyakiti sebuah hati yang selama ini ku cintai. Tak dapat ku redam luka ini sendiri. Aku tahu ini konyol, menyimpannya dalam-dalam mengubur hati dengan penuh kesedihan sendiri. Kubiarkan angin semilir menerpa wajah ku hari ini. Dapat kurasakan semilir makhluk yang bebas dari kungkungan zaman. Mengajakku beriang hati menyungging senyum. Tak mampu. Sungguh tak bisa ku bohongi seluruh jiwaku untuk menggetarkan bibir hari itu. Malah yang ada aku menangis sejadi-jadinya dalam tatapan kosong angin semilir. Biarkan daku sendiri! Pergilah mencari korban tipuan palsu untuk mengulum senyum untukmu.

Kurebahkan diriku sejenak dalam mimpi yang kuharap dapat berlangsung panjang berkhidmat. Ku lantunkan pula kalimat pujian untuk Allah dalam sela-sela tarikan nafas menghembuskan udara yang terasa sesak ini. Ku rasakan setitik ni’mat yang tulus mengikuti setiap barisan nada nafasku. Perasaan nyaman pun terbangun dalam lamunan mata pucat penuh kerlingan basah air mata.

Hmmm... Mengalun indah sajak ElZain dalam alam tidurku.

... Open your eyes, your hearts, and minds

If we just look bright to see the signs

We can’t keep hiding from the truth...


Tersentak kala angin kembali hadir dalam pelukan tubuhku. Mengguncang nadi untuk bernafas perlahan. Mengusap tiap kedipan mata air yang nampak.

Ku berteriak lantang dalam dinginnya malam. Ku teriakkan apa yang selama ini menaungi hatiku. Ketakutan akan tenggelamnya telaga keteguhan hati karena sebuah hambatan berkeliaran. Namun tak terasa, ku senandungkan lirih, suatu mimpi yang akan segera aku bangunkan dari tidur panjangnya. Membuat rasa takutku terkoyak. Melemah. Dan tak berbekas dalam hati.

24 Desember 2010

Kala kalbu berkata, “Bagaimana caraku mengatakan’nya’??”

0 komentar:

Posting Komentar